29 November 2009

Zhan Shi (Sang Petarung) by : Joshua Christian

Waktu seakan berhenti dan detik enggan berjalan, seakan bumi pun menyadari 2 orang terkuat pada waktu itu sedang menari dengan senjata mereka masing-masing.

Pada saat peperangan manusia mampu dibutakan oleh kekuasaan, bahkan persahabatan tak akan mencegah terjadinya pertumpahan darah.

Kisah dari daratan Tiongkok atau yang lebih biasa disebut Cina, berawal pada Dinasti Han , seorang penjabat yang gila kekuasaan bernama Dong Zhuo, dia bertubuh besar tanpa kemampuan mengatur negara bahkan berperang, beruntung dia keturunan penjabat sehingga ia mendapat tempat yang penting pada Dinasti Han. Dong Zhuo yang berkedudukan di Xiliang sangat dibenci rakyat, sering memeras rakyat, bahkan tak jarang membunuhi rakyat hanya untuk kesenangan pribadi. Rakyat yang berniat melaporkan tingkah laku Dong Zhuo pada pemerintahan pusat selalu berakhir dengan mengenaskan.

Dong Zhuo berniat untuk menguasai Tiongkok dengan mengadakan kudeta dimana-mana. Berbagai cara dijalani olehnya. Dong Zhuo yang haus akan orang berbakat untuk dijadikan bawahannya demi menguasai Tiongkok sepenuhnya ingin mendapatkan Lu Bu dan Liu Wen, dua orang bersahabat yang pada waktu itu namanya sering sekali disebut-sebutkan. Kedua orang tersebut sangat berjasa pada kaisar dalam melawan berbagai permberontakan. Bahkan puisi ditujukan pada mereka berbunyi :

Sang Naga dan Rajawali berkumpul,
bumi bergetar mendengar nama mereka,
langit terdiam melihat kehebatan mereka,
adakah yang berani melawan.

Lu Bu dan Liu Wen, persahabatan mereka berawal dari perekrutan pemuda untuk berperang . Kedua permuda gagah ini memiliki aliran bertarung yang sangat berbeda jika Lu Bu lebih mengandalkan kekuatannya yang memang kekuatannya diatas rata-rata kekuatan manusia, tinggi badannya lebih dari 2,3 meter , berberat badan 120 kilogram, bahkan kuda terlatih pun hanya sedikit yang dapat menopang berat badannya, kekuatannya itu ditambah lagi oleh teknik bertarungnya yang diluar akal manusia, lima puluh orang pun akan kesulitan melawan dirinya. Berbeda dengan Liu Wen yang mengandalkan kecepatannya dan teknik menggunakan pedang yang diajarkan turun menurun oleh keluarga Liu. Kecepatannya yang sering disamakan dengan burung Rajawali. Liu Wen lebih memilih menggunakan pedang dua tangan yang ringan daripada tombak, tidak seperti Lu Bu.

Untuk mendapatkan kedua orang tersebut Dong Zhuo menawarkan dua kuda kesayangan Chi Tu Ma (Kelinci Merah) untuk Lu Bu, karena kuda ini memiliki tubuh yang sangat kuat dan besar, sangat cocok untuk tubuh Lu Bu yang sangat besar sedangkan Liu Wen diberikan Zui Kuai Feng (Angin Tercepat) yang dapat berlari sangat cepat dan memiliki loncatan yang tinggi sekali. Masing-masing kuda diberi perhiasan yang sangat mahal. Dengan syarat Lu Bu dan Liu Wen harus mengikuti Dong Zhuo.

Lu Bu sangat tertarik pada kuda tersebut, walau diingati beribu-ribu kali oleh Liu Wen bahwa Dong Zhuo adalah penghianat negara. Tetapi Lu Bu dibutakan oleh harta seakan otaknya dicuci oleh Dong Zhuo. Liu Wen kehabisan kata-kata dan pergilah Lu Bu kehapan Dong Zhuo untuk menerima tawaran tersebut. Dong Zhuo mengangkat anak Lu Bu untuk menjaga-jaga jika suatu saat Lu Bu berkhianat, dengan mengangkat anak tidak akan Lu Bu berkhianat.

Memang benar, Lu Bu sangat menghormati Dong Zhuo sebagai ayah. Dengan adanya Lu Bu di pihak Dong Zhuo kekuatan Dong Zhuo menjadi sangat kuat ditambah lagi adanya Li Ru penasihat Dong Zhuo yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Dong Zhuo menjadi sangat percaya diri, dirinya berencana untuk melakukan agresi ke Lou Yang.

Liu Wen yang masih menaruh loyalitas yang besar terhadap Kaisar Ling yang waktu itu berkedudukan sebagai kaisar Dinasti Han tahu bahwa rekan seperjuangannya akan meluncurkan serangan ke Lou Yang meminta supaya Kaisar Ling mempersiakan angkatan perang, infantri maupun pasukan berkuda. Disiapkanlah 30.000 angkatan perang dibawah kepempipinan Jendral-jendral yang waktu itu masih menaruh loyalitas kepada Dinasti Han, seperti Yuan Shao, Sun Jian, Cao Cao, He Jin, dan masih banyak lagi Jendral-jendral untuk mengimbangi perlawanan Dong Zhuo. Sedangkan Liu Wen yang sudah berjasa dalam berbagai perang diberi 10.000 angkatan perang elit berkuda yang sudah terlatih.

Sedangkan di Pihak Dong Zhuo, sang dorna tersebut mempersiapkan 20.000 angkatan bersenjata, dan Lu Bu dimintanya untuk memimpin seluruh angkatan perang tersebut. Walau kalah jumlah pihak Dong Zhuo tetap percaya diri dengan adanya Lu Bu di pihak mereka. Mereka langsung meluncurkan serangan dari 4 arah utara, selatan, timur, dan barat masing-masing 5.000 angkatan bersenjata, sedangkan Lu Bu menyamar sebagai tentara berkuda biasa dan menyerang dati timur dia, sengaja tidak menggunanakan Chi Tu Ma supaya tidak menarik perhatian musuh. Sedangkan dari pihak pemerintahan Dinasti Han mendapatkan bocoran dari mata-mata mereka bahwa Lu Bu menyerang dari timur dikerahkanlah Liu Wen dan Yan Shao dengan 15.000 angkatan perangnya. Liu Wen dan Yuan Shao langsung menggila ditengah medan perang.

Sedangkan Yuan Shao yang belum pernah melihat langsung Lu Bu tidak tahu bahwa tepat di depannya berdirilah Lu Bu yang tinggi besar langsung memutarkan tombaknya menyambit kepala Yuan Shao. Angkatan perang Yuan Shao yang melihat pemimpinnya tumbang langsung kocar kacir mundur sedangkan Lu Bu dengan ganasnya mengamuk di tengah tentara musuh. Pada saat itu Liu Wen sedang sibuk menghabisi musuh, bingung melihat tentaranya mundur tidak karuan. Dilihatnya seorang berbadan besar yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya, Lu Bu. Kembali lagi Liu Wen menyadarkan diri Lu Bu tetapi apa daya, Lu Bu malah menyerang Liu Wen. Liu Wen yang kaget menyerang balik Lu Bu. Semua angkatan bersenjata dari dua pihak seakan-akan memberikan tempat untuk mereka, tidak ada yang berani mengganggu.

Waktu seakan berhenti dan detik enggan berjalan, seakan bumi pun menyadari 2 orang terkuat pada waktu itu sedang menari dengan senjata mereka masing-masing. Keduanya sudah melupakan masa lalu mereka, persahabatan hilang karena hal yang tidak semestinya memisahkan mereka. Yang ada di kepala Liu Wen sekarang hanyalah bahwa orang di depannya adalah pengkhianat negara. Sudah 50 jurus tidak ada hasilnya,

Liu Wen mendengar suara minta tolong anak-anak yang ketakutan Liu Wen yang pertama-tama menghiraukan suara tersebut tetapi akhirnya luluhlah hati Liu Wen, baru saja Liu Wen menoleh tetapi tombak Lu Bu langsung menanamkan tombaknya ke tubuh Liu Wen, maka tumbanglah Liu Wen. Tetapi Lu Bu teringat masa dulunya disaat mereka berjuang bersama demi negara, Liu Wen lah yang memperingati dirinya selalu saat dia berbuat salah. Maka merasa bersalahlah dirinya, dia mengambil pisau kecil yang terikat di ikat pinggangnya lalu menikam dirinya sendiri. Dengan gugurnya Lu Bu, Dong Zhuo memilih untuk menarik kembali angkatan perangnya dan menyerahkan diri kepada Kaisar Ling untuk menyerah.

Mungkin Liu Wen sudah tidak ada. Tetapi keberaniannya sampai sekarang masih terkenang, bahkan namanya pun masih mengguncangkan bumi. Terciptalah puisi untuknya :

Sang Rajawali mengamuk,
keberaniannya mengguncangkan bumi,
gugur ditangan sahabat sendiri,
keberaniannya dikenang,
kemurnian harinya masih ditangisi sampai sekarang.

Tidak ada komentar: